Sabtu, 30 Oktober 2010

entah lagi

Seutas harap menggumpal didada
menanti damai mendekap seluruhku

bahagia yang di impikan tak jua bersambut
diri hambar perih menyambar

YA Rahmaaaaan...
daku hambamu...

siapa engkau, siapa aku...

aku bertemu engkau
pada penghujung suratanku
terbelenggu dalam amukan perasaan
mencari arti di secarik renungan
mungkinkah...

Lantas kususun hari-hari yang berlalu
dalam bahasa tanpa suara
merangkai makna demi makna
namun jawaban masih kelabu

Bertanya pada diri
untuk apa semua ini
jika hanya menggores ketenangan
memaksa aku membenci diri
kerna ku tak mahu tersungkur lagi

Ataupun,
apakah kali ini
akan memberi satu kesudahan
di penghujung sebuah pencarianku
sedang engkau tenggelam dalam mengenali
siapa engkau, siapa aku
pada dua dunia yang berbeda...

Jumat, 29 Oktober 2010

gemuruh

sudah lama ku bertahan dengan nista
menyiram bunga yang tak jua mekar

haruskah ku menyerah
menyudahi perih dengan lebih perih lagi
membiarkan gelombang dalam dada
tertumpah menjadi titik-titik hitam terpencar
sunyi, kelam dan duka tanpa gemuruh ombak
dan gemerisik daun...

andai... semua berahir bersama luka
apa masih ada bulan di balik kaki langit
memancar dijendela kecil...???

yang pasti ku masih bertahan...

aku dan malam

aku menepikan siang
seterang aku menepikan sinarnya
sehiruk-pikuk suaranya

demikian pula ku hindari ramainya
sesibuk lalu-lalang yang serba tergesa
aku kian jauh dari kegembiraannya...

aku mencintai malam seredup gelap
menunggu pekatnya sesunyi bunyi
yang aku tunggu nyanyiannya

aku mendengarnya seerat kelam memeluk hitamnya
begitulah aku dan malam saling menjaga...

-aku dan malam-

PENASARAN

cinta seumpama angin
meniup layar perahuku
menuju hatimu yang dingin
sedingin salju

aku berdebar melihat birumu
kau tampak tenang dan datar
namun aku ragu berenang disana
sebab ku tak tau rarhasia di dasarmu

apakah berisi taman terumbu karang
yang menawan dan mutiara indah...???
hingga ku sadari
bahwa penantianku tak sia-sia...

atau dipenuhi gurita raksasa
dan hiu bergigi tajam...???
hingga bila ku tenggelam
aku dimakan hatimu yang nampak tenang...

apa pun di dasarmu
aku tak peduli dan tak mau peduli...

Kamis, 28 Oktober 2010

hanya dalam puisi, kau menjelma kekasih


Ijinkan aku tuk selalu berkata
bahwa kaulah inspirasi dijiwa
sumber dari segala rasa yang berkecamuk diserambi cinta...

beribu-ribu untaian kata
semua bermuara hanya padamu
walau riak gelombang asa lainnya
turut serta menghalaukan rindu

Namun... tidak muda bagiku
mengalihkan gumpalan rasa sayang
yang mengental dihamparan kata

Karna diberanda puisilah
ku temukan engkau sebagai kekasihku
iya... hanya dalam puisi...

TUTUP


jika hatimu tak lagi bisa menerima cinta...
tutup saja semua pintunya...
semua jendelanya dengan kain hitam...

tutup... sampai udara tak bisa masuk...
sampai debu terkurung di dalamnya...
dan hatimu gelap tak tertembus cahaya...

tutup... hingga tak ada yang melihatmu...
mendengar jerit isak tangismu...
dan merasakan sedih hatimu...

tutup... hingga kau tak dapat merasakan
air sejuk nan jernih menyucikan telagamu
yang keruh karna buaya liar...

Sungguh... meski tetes air mata penuh harap
aku takkan pernah memaksamu

Minggu, 24 Oktober 2010

tak bisa

harusnya tak kau tanam harapan semu
harapan yang membuatku lebih terpuruk
seolah membunuhku secara perlahan

kau... langit mendung yang gelap
memberi harap pada bumi yang gersang
tapi tak dapat kau wujudkan

kau... istanamu megah, anggun dan indah
halaman yang luas penuh bunga-bunga bermekaran
namun pagarmu penuh duri

kau... ciptakan perih dimimpi
terbangun aku damba
tapi sesal kala terjaga

kau... ingin kuusir dari hati
pergi jauh dari hidup tanpa bayang
namun ku benci kekosongan...

sungguh, ku tak bisa melepasmu...

Sabtu, 23 Oktober 2010

aaahh....

"tikamlah jantungmu...
dan matilah kamu...
satukanlah tubuhmu dengan tanah dan belatung itu

pasrahkanlah segalamu...
jalani hidupmu yg sebenarnya

rasakan kebodohanmu...
menyerah pada cobaanmu...

tololnya dirimu...
menganggap kau tak mampu hidup..."

ku ingin itu semua kau teriakkan ditelingaku
yang tak lagi mendengar selain yang terucap dari bibirmu...

Senin, 11 Oktober 2010

entah apa ini

*surat untuk aya*

ku menyadari kini kenistaanku
ku coba mengerti mengapa begitu
tiada sempat ku mencari rintihan untuk menghalangi kau pergi
menjauh dariku

berduka lara aku setiap saat
ingin berbicara biarpun sendirian
tiada mesti ku mau bicara
meski akhirnya ku tetap menderita

di setiap pelukan malam
hanya berteman suara hati
kepiluan tak henti melanda diri
menanyakannya namun ku tak mengerti

kesedihan masih menyiksa
menanti yang sudah tak pasti
sungguh masih terasa sakitnya
semasa mengingat kekukuhanmu

ku ayunkan buaian cinta di pohon duka
daunnya yang berguguran menyatakan aku tetap merindu
sedang tangisan d jiwa tiada berirama
namun hati ini tak jua berhenti bercerita tentangmu

aku kan tetap pandangi jalanmu

Kamis, 07 Oktober 2010

masih tentangmu

selintas harap seuntai rasa
keluar dari dalam hati
menjelma ketika ku mulai pahami dirimu
dalam imajiku raut dan senyummu
mggoyahkan sluruh jiwa

namun....

bagai permata didalam kotak kaca
dirimu hanya bisa ku dekati dengan tatap
menyentuh pun tak sanggup
apa lagi ingin memilikimu
seolah sungguh mustahil...

dewi cinta

Aku tanaman d musim panas nan gersang
merindukan setetes kasihmu membasuh lalu basah
walau hanya sekejap
kan ku syukuri itu...

Namun apalah jua
sosokmu tak wujud di pelupuk mata
hingga ku berlarut layu
berguguran dan mati...

sang dewi cinta itu pergi
hilang, melayang entah kemana
sedang hati tiada henti merindu
hingga ia merajuk bersama embun
tuk sirami kegersangan persada jiwa

tiada pelabuhan tersisa

sekali lagi maafkan kelemahanku
jika rasaku tetap tinggal
entah sampai kapan akan seperti ini
sebab aku takut kehilanganmu

sungguh... belum pernah di sebelumnya
ku jatuh hati sekeras ini yang seperti padamu
meski ku tau semua anugerah itu indah
tapi tidak pada saat ini
tiada pelabuhan yang tersisa

tak ada tempat persinggahan lelahku
namun tak pernah ku salahkan sang waktu
dan tak ku coba sesali takdirku
ku hanya meratapi haru-biruku

mungkin esok kan terbukti
sesaat aku telah tiada untuk selamanya
dan air mata ini adalah saksi atas keegoan diri
yang meluap dari lubuk jiwa

tapi ku tetap bertahan dalam duka...

Selasa, 05 Oktober 2010

mata harumu melihatku semu semata bayangan

Seutas senyum yang pantas dan pas
mengenakan wajahmu, senyum panas
yang mampu mendidihkan dadaku,
tahukah engkau berapa jumlah wajah
yang salah telah ia coba sebelum tiba
dan terikat di wajahmu...

Segaung suara yang indah dan merdu,
yang menghamba dan menyembah lidahmu,
yang menggubah setiap kata menjadi nada
dan mengubah utuh tubuhku menjadi telinga,
tahukah engkau di tebing-tebing mana saja
ia mencari-memanggil namamu
sambil memanggul berat rindu agar mampu
sampai meraih merah lidahmu...

Sejurus alir air mata yang perih dan jernih
sejernih cahaya matahari di mata harumu,
yang melihat diriku semu semata bayangan,
tahukah engkau sejauh mana perjalanan
telah ia tempuh dari akar-akar pohonan,
anak-anak sungai, awan, hujan dan telaga
hingga jatuh cinta dari matamu...

Sajak dengan Huruf Tak Cukup

aku merasa selalu saja ada huruf
hilang dalam sajak ini
serupa gigi depan tidak lengkap

tetapi tanggalnya satu, dua atau tiga
itu menggenapkan senyum gadis kecil
dan karenanya menggoda kita
mencium pipinya berkali-kali

maka aku terus menulis agar kau tahu
bahwa semua yang sempurna
adalah ketidakcukupan

begitu juga cinta yang setia
bermain-main di sini
bagimu

yaitu sajak dengan huruf tak cukup.

-aan mansyur-

untukmu cinta

aku tak merelakanmu menjauh,
tak merelakanmu terjatuh
ke tempat sampah
bak sepotong apel merah
yang di geligimu pernah
berdarah

adakah cinta yang jatuh
kepadamu melebihi cintaku?

lelaki yang engkau cintai itu anggaplah mati
dan tak membawamu ke makamnya
sementara aku bertahan hidup,
berhari-hari sanggup tak mati
oleh rindu dan menanti di surga

Hawa, aku masih ular yang setia
mencintaimu sepanjang usia tuhan.

Senin, 04 Oktober 2010

jalan terbaik

kini...

perasaan tak menentu menghantui malamku
membuatku takut akan segalanya
bukan keraguan berganti menjelma
tapi keteguhanmu tak terjamah

lalu...

haruskah ku ucapkan salam perpisahan...???
sebelum kau dengarkan kejujuran

haruskah ku bunuh perasaan ini...???
sedang lajunya bersama aliran darah

akankah ku bisa menepis bayangmu nantinya...???
padahal terpatri jelas namamu di sanubari

ya allah...

daku masih mampu bertahan bersama luka ini
meski selalu dihantui bayang-bayang kekasihnya yang dulu
biarlah, hanya waktu dan titahMU yang bisa menjawab
meski menurutku matilah jalan terbaik untukku

wal-hasil, kulo gak bisa tanpanya