ku ingin membaca lagi harapan yang rimbun di atas getir kenyataan, seperti saat pertama kali tangis memanjang dan orang-orang sibuk keriangan, seperti ketika ku tanya tuhan ada dimana dan ibuku sulit mencari jawaban, seperti saat ku buat roket dari lipatan kertas agar ku bisa menjemput cita-citaku -karena guruku meminta cita-cita itu harus ku gantung di pucuk langit.
segala menyala di mataku. semua membara di hatiku. riuh rindu mengamuk bersama bersama kecewa yang kerap datang secara tiba-tiba. sebenarnya, tak perlu ku berkilah apa lagi mengeluh, hanya karena wujudku tak lebih dari sekedar layaknya orang yang butuh rasa iba atau apalah itu di hadapan aya, meski sakit kenyataannya. karena bahagia tak bisa di takar semata dengan ungkapan.
hmmm, alhamdulillah...
syukurku kepada tuhan yang telah memberiku anugerah dalam diri aya, meski tangan tak sanggup meraih, mata tak dapat melihat,namun hati mampu merasakan hangat kasih dan sayangnya, dan sampai saat ini, aya jua lah yang membuatku bertahan, tak seperti pecinta disana yang mengubur mimpinya di persimpangan jalan, menggantungkan hidupnya di ranting kenistaan hanya karna tak dapat meraih harapannya yang sebenarnya semu.
kini... ku coba mengeja peruntungan yang intim di pedih kehidupan. karena ku yakin lengan tuhan sanggup memeluk penuh seluruh alam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih kami ucapkan...