Ku rasa sepi menghimpit relung jiwa
endapan air mata penuh di palung hati
saat tak ku dengar denting suaramu yang seperti sebelum masa ini.
Tawamu...
Amarahmu...
Tangismu...
Semua itu ku rindukan mengalun di telinga.
Akhirnya aku sadar, ketiadaanmu; padamkan semangat hidup yang biasanya berkobar, ia pun membuat jiwaku semakin terpuruk, remuk redam.
Ahh, biarlah ku nikmati kesendirian ini, meski rembulan tak utuh, namun nasibnya lebih baik dariku, karna bintang yang benderang ada untuknya.
hati sebagai tempat rahasia tersimpan, karna yang tau hanyalah TUHAN dan pemiliknya... tapi, bukan berarti tak boleh mengukir semua rahasia dengan untaian kata demi kata, lebih-lebih jika sudah tak ada lagi kuali tempat mencurah...
Minggu, 21 November 2010
-luka itu ku suka-
Luka itu ku suka (salah satu note di fb)
oleh Ipunk Mohammad pada 21 November 2010 jam 15:45
terima kasihku padamu, dari hati yang terdalam untuk keterpurukan yang telah kau limpahkan padaku, dan aku benci ketenangan di mana aku pernah hidup sebelum aku mengenal dirimu.
Seharusnya, aku tau jalan keluar seperti apa untuk sedu sedan yang selama ini menerpaku. Aku akan terbebaskan dari semua ini ketika aku berhenti mencintaimu. Tetapi apa jalan keluarnya!! Tidak, aku lebih suka menderita dari pada melupakanmu.
Ah! Apakah ini secara kebetulan? Aku tidak dapat menyalahkan diriku karna menginginkan cinta yang bukan hanya sesaat, dan akhirnya, engkaulah yang pantas mendapt kasih dibanding aku. Aku pun tak bisa menyalahkanmu karna hatimu yang semakin rapat tertutup, hingga akhirnya, aku mencoba bahagia di atas bahagiamu dan menderita di atas deritamu.
Untuk kesekian kalinya
Buatlah aku lebih menderita lagi, agar ku bisa tepiskan derita yang lebih besar, karna -luka itu ku suka-
oleh Ipunk Mohammad pada 21 November 2010 jam 15:45
terima kasihku padamu, dari hati yang terdalam untuk keterpurukan yang telah kau limpahkan padaku, dan aku benci ketenangan di mana aku pernah hidup sebelum aku mengenal dirimu.
Seharusnya, aku tau jalan keluar seperti apa untuk sedu sedan yang selama ini menerpaku. Aku akan terbebaskan dari semua ini ketika aku berhenti mencintaimu. Tetapi apa jalan keluarnya!! Tidak, aku lebih suka menderita dari pada melupakanmu.
Ah! Apakah ini secara kebetulan? Aku tidak dapat menyalahkan diriku karna menginginkan cinta yang bukan hanya sesaat, dan akhirnya, engkaulah yang pantas mendapt kasih dibanding aku. Aku pun tak bisa menyalahkanmu karna hatimu yang semakin rapat tertutup, hingga akhirnya, aku mencoba bahagia di atas bahagiamu dan menderita di atas deritamu.
Untuk kesekian kalinya
Buatlah aku lebih menderita lagi, agar ku bisa tepiskan derita yang lebih besar, karna -luka itu ku suka-
Jumat, 12 November 2010
syukurku
ku ingin membaca lagi harapan yang rimbun di atas getir kenyataan, seperti saat pertama kali tangis memanjang dan orang-orang sibuk keriangan, seperti ketika ku tanya tuhan ada dimana dan ibuku sulit mencari jawaban, seperti saat ku buat roket dari lipatan kertas agar ku bisa menjemput cita-citaku -karena guruku meminta cita-cita itu harus ku gantung di pucuk langit.
segala menyala di mataku. semua membara di hatiku. riuh rindu mengamuk bersama bersama kecewa yang kerap datang secara tiba-tiba. sebenarnya, tak perlu ku berkilah apa lagi mengeluh, hanya karena wujudku tak lebih dari sekedar layaknya orang yang butuh rasa iba atau apalah itu di hadapan aya, meski sakit kenyataannya. karena bahagia tak bisa di takar semata dengan ungkapan.
hmmm, alhamdulillah...
syukurku kepada tuhan yang telah memberiku anugerah dalam diri aya, meski tangan tak sanggup meraih, mata tak dapat melihat,namun hati mampu merasakan hangat kasih dan sayangnya, dan sampai saat ini, aya jua lah yang membuatku bertahan, tak seperti pecinta disana yang mengubur mimpinya di persimpangan jalan, menggantungkan hidupnya di ranting kenistaan hanya karna tak dapat meraih harapannya yang sebenarnya semu.
kini... ku coba mengeja peruntungan yang intim di pedih kehidupan. karena ku yakin lengan tuhan sanggup memeluk penuh seluruh alam...
segala menyala di mataku. semua membara di hatiku. riuh rindu mengamuk bersama bersama kecewa yang kerap datang secara tiba-tiba. sebenarnya, tak perlu ku berkilah apa lagi mengeluh, hanya karena wujudku tak lebih dari sekedar layaknya orang yang butuh rasa iba atau apalah itu di hadapan aya, meski sakit kenyataannya. karena bahagia tak bisa di takar semata dengan ungkapan.
hmmm, alhamdulillah...
syukurku kepada tuhan yang telah memberiku anugerah dalam diri aya, meski tangan tak sanggup meraih, mata tak dapat melihat,namun hati mampu merasakan hangat kasih dan sayangnya, dan sampai saat ini, aya jua lah yang membuatku bertahan, tak seperti pecinta disana yang mengubur mimpinya di persimpangan jalan, menggantungkan hidupnya di ranting kenistaan hanya karna tak dapat meraih harapannya yang sebenarnya semu.
kini... ku coba mengeja peruntungan yang intim di pedih kehidupan. karena ku yakin lengan tuhan sanggup memeluk penuh seluruh alam...
Langganan:
Postingan (Atom)